Pages

Menu

My Blog

Kamis, 13 September 2012

Mengalir Mataram Yogyakarta

         Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai tiga sungai besar, yaitu Sungai Progo, Sungai Opak, dan Sungai Oyo. Ke tiga sungai tersebut telah mengalir sejak dulu, dan banyak membantu warga Yogyakarta seperti pengairan sawah. Diketahui juga, ketiga sungai tersebut bermuara dari kaki Gunung Merapi dan  mengalir sampai pantai selatan Pulau Jawa. Dari ketiga sungai tersebut, ada dua sungai yang bergabung menjadi satu yaitu Sungai Progo dan Sungai Opak. Sungai Progo dialirkan menuju Sungai Opak. Dan aliran tersebut dinamakan Selokan Mataram. Selokan Mataram mengalir di seluruh Yogyakarta.
         Tapi apakah masyarakat Yogyakarta sendiri tahu apa manfaat Selokan Mataram bagi mereka ? Kemungkinan ada orang yang tahu apa peranan dibangunnya Selokan Mataram. Namun, jumlahnya hanya sedikit dibanding orang yang tidak mengetahuinnya. Malahan banyak orang yang hidup dan bertempat tinggal di dekat Selokan Mataram, banyak yang menyalahgunakan keberadaan Selokan Mataram tersebut. Seperti untuk mencuci, buang air besar, membuang sampah, memandikan binatang ternak, dan lain – lain. Tentunya hal tersebut membuat Selokan Mataran menjadi tak layak dan tak enak dipandang, tercemar, dan bau. Hal tersebutlah yang sering terlihat ketika kita melewati Selokan Mataram, bahkan sungai – sungai di daerah kita. Walaupun tidak semua Selokan Mataram tercemar, namun hal tersebut telah membuat nama Selokan Mataram jadi buruk. Semua itu menunjukkan bahwa masyarakat sekitar kurang peduli akan kebersihan Selokan Mataram. Padahal, dibutuhkan waktu yang panjang untuk membangun selokan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa nasionalisme kita masih kurang terhadap peninggalan  bersejarah bangsa kita. Untuk itu, penulis mengambil bahan Selokan Mataram dalam artikel ini.
        Artikel ini ditulis agar menambah pengetahuan kita mengenai peranan sejarah lokal daerah kita. Agar kita tahu kenapa Selokan Mataram dibangun dan untuk apa. Dan seberapa besar perjuangan masyarakat Yogyakarta pada waktu itu. Jika kita bayangkan, pada saat itu masyarakat berjuang keras agar dapat lepas dari penjajah, yang pada waktun itu adalah penjajahan Jepang.
Dari uraian di atas, timbul pertanyaan. Bagaimana peranan Selokan Mataram bagi nasionalisme bangsa kita?
Selokan Mataram merupakan selokan yang dibangun pada jaman penjajahan Jepang atas prakarsa Sri Sultan Hamenkubuwono IX. Selokan  mengalir dari desa Karangtalun, Ngluwar, Magelang sampai di Randugunting Kalasan. Pembangunan selokan ini merupakan siasat dari Kanjeng Sri Sultan Hamengkubuwono IX untuk mengelabuhi tentara Jepang agar masyarakat Yogya karta tidak di kirim keluar untuk menjadi romusha. Dan seperti yang kita tahu bahwa romusha merupakan tenaga rakyat, rakyat yang dipaksa bekerja keras menuruti perintah Jepang dengan upah yang sedikit dan disiksa. Mengetahui hal tersebut, Sri Sultan Hamengkubuono IX tidak ingin  rakyatnya menderita karena harus kerja paksa dan disiksa. Maka, Sri Sultan Hamengkubuono IX memerintahkan rakyat membangun Selokan Mataram sepanjang kurang lebih 50 km untuk menghindarkan rakyatnya dari penderitaan penjajah Jepang. Sungguh mulia hati beliau. Beliau memang merupakan pemimpin yang melekat di hati rakyat karena beliau sangat memperhatikan keselamatan rakyatnya sendiri. Hal tersebut memang perlu dicontoh. Jika kita lihat fakta sekarang, bagaimana sikap bangsa kita, terlebih masyarakat Yogyakarta dalam menanggapi hal tersebut. Mereka tak mengetahui bagaimana asal usul selokan itu terjadi, sehingga seenaknya saja tak merawat selokan tersebut.
Semua tindakan yang dilakukan membawa kerugian bagi selokan bukan malah keuntungan. Jika dibandingkan dari pengorbanan masyarakat Yogyakarta jaman dahulu dengan kesewenangan masyarakat Yogyakarta jaman sekarang, sungguh memperlihatkan kesenjangan. Masyarakat sekarang banyak yang tidak meghargai jasa masyarakat Yogyakarta yang merelakan tenaganya untuk membangun Selokan Mataram. Mereka membangun demi kepentingan mereka juga kepentingan anak cucu mereka. Nah, siapakah yang dimaksud anak cucu mereka? Anak cucu yang dimaksud adalah pewaris Yogyakarta. Siapa? Mereka adalah kita. Kita diwarisi harta yang sangat bermanfaat dan bernilai sejarah tinggi. Manfaat itu seperti irigasi, lambang kemakmuran petani, tempat pemancingan, dan sarana olah raga arungjeram. Nah, begitu bermanfaatnya Selokan Mataram bagi kita. Tapi, apa yang kita lakukan? Mencuci di sana, membuang sampah di sana? Apa yang kita korbankan? Belum ada. Setidaknya kita bisa membersihkan selokan seminggu sekali, atau diadakannya kerja bakti. Hal seperti itu sulit dilaksanakan pada masyarakat yang belum mengerti kebersihan dan belum mengerti makna Selokan Mataram.
Dari hal tersebut bisa kita katakana bahwa nasionalisme bangsa kita rendah. Mengapa demikian? Dengan sejarah lokal saja kurang peduli apalagi dengan sejarah kita. Dengan kurang pedulinya kita dengan sejarah lokal, anak cucu kita juga tidak akan mengetahui sejarah. Lama – kelamaan, nasionalisme bangsa kita akan hilang. Dan tidak akan mengetahui bagaimana proses terbentuknya kota sendiri, dan daerah sendiri. Jika kita ingin mengetahui sejarah, kita harus mengenal sejarah lokal terlebih dahulu kemudian sejarah kita yang lebih luas.
Kembali ke Selokan Mataram, agar kita dapat melestarikan peninggalan daerah kita, kita harus merawatnya dan menjaganya. Menjaga bukan berarti harus dijaga siang – malam seperti ronda, tetapi menjaga agar tetap bersih. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan cara tidak membuang sampah di selokan, tidak mandi di selokan, tidak mencuci di selokan, maupun memandikan binatang ernak di selokan mataram. Paling tidak ketika air selokan tidak tinggi, bisa diadakan kerja bakti bersama membersihkan sampah yang ada di selokan. Dengan membersihkan selokan, menandakan bahwa kita menghargai jasa – jasa pahlawan kita dalam membangun selokan, juga menghargai Sri Sultan hamengkubuono IX. Selain itu, kebersamaan saat membersihkan selokan tersebut akan dapat menumbuhkan rasa nasionalisme kita. Kita harus tunjukkan bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa yang rendah nasionalismenya, hanya dengan membersihkan selokan. Selokan yang amat bersejarah dan merupakan pemilihan Sri Sultan Hamengkubuono yang bijak bagi rakyatnya. Dari uraian diatas, kita mendapatkan dua contoh yang dapat kita teladani, yaitu kerja keras masyarakat demi anak cucunya dan kebijakan pemimpin yang memihak rakyatnya. Hal tersebut harus benar – benar kita contoh.


DAFTAR PUSTAKA

Atmakusumah. 1982. Tahta untuk Rakyat . Jakarta : Gramedia.
Mihardja, Krishna.1995. Di Antara Kali Progo dan Kali Opak . Yogyakarta :          
       Mitra Gama Widya 
www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar